Kebaya Tradisional Jawa Tengah

Hasil Pencarian Kebaya Jawa Tengah

Maaf, barangnya tidak ketemu

Coba cek lagi kata pencarianmu.

Belanja di App banyak untungnya:

Belanja di App banyak untungnya:

KOMPAS.com - Jawa Tengah dikenal dengan kekuatan budayanya yang kental. Hal ini terlihat dari bagaimana masyarakatnya menjunjung tinggi tradisi warisan leluhur.

Salah satu budaya yang masih dilestarikan dan melekat di masyarakat jawa Tengah adalah pakaian adatnya, yaitu baju Jawi Jangkep dan Kebaya.

Baju Jawi Jangkep dikenakan oleh pria, sedangkan Kebaya untuk perempuan. Pakaian adat Jawa Tengah ini sering digunakan untuk acara pernikahan maupun acara adat lainnya.

Selain itu juga sering digunakan sebagai busana dalam acara-acara formal penyambutan tamu atau lainnya.

Baca juga: Baju Pangsi, Pakaian Tradisional Banten

Dalam buku Upacara Perkawinan Adat Jawa (1985)) oleh Thomas W, baju jawi Jangkep digunakan oleh kaum pria. Pada zaman dahulu, Jawi Jangkep sering digunakan oleh abdi dalem maupun dalam pernikahan adat Jawa Tengah.

Seiring dengan berkembangnya zaman, pakaian jawi Jangkep bisa digunakan dalam acara-acara untuk menunjukkan identitas Jawa Tengah.

Jawi Jangkep teridiri dari atasan dengan motif bunga di bagian tengah dan beskap di bagian dalam. Sekarang beskap bisa digunakan terpisah.

Beskap terbuat dari bahan tebal dengan warna polos. DI bagian leher beskap diberi kerah namun tidak berlipat.

Warna beskap umumnya gelap, seperti hitam, hijau tua, biru tua, merah bata, dan lainnya. Tetapi kini menyesuaikan acara saat menggunakan beskap.

Baca juga: Baju Adat Rejang Lebong dari Bengkulu

Potongan beskap biasanya asimetris, hal ini untuk mengantisipasi penyimpanan keris di bagian belakang.

Beskap memiliki kancing yang terletak di kanan dan kiri atau hanya dibagian depan saja. Untuk bawahan, Jawi Jangkep menggunakan kain jarik panjang yang dililit dari pinggang hingga mata kaki.

Keris diselipkan di belakang sebagai makna bahwa manusia harus mampu menolak godaan setan atau godaan jahat.

Jawi Jangkep dilengkapi dengan Blangkon atau penutup kepala yang terbuat dari kain dan sendal selop atau sendak bertutup.

Berdasarkan jurnal Perubahan Nilai dan Filosofi Busana Kebaya di Jawa Tengah (2019) oleh Ratna Endah dan kawan-kawan, kebaya berbentuk blus sederhana dengan lengan panjang.

Kebaya di Jawa Tengah dipadukan dengan batik atau kain panjang yang dilingkarkan mulai dari pinggang hingga mata kaki.

Untuk dalaman kebaya, biasanya menggunakan kemben dan dibagian perutnya dililitkan stagen untuk memperkuat kemben.

Baca juga: Baju Tulang Bawang, Pakaian Adat Lampung

Stagen ini biasa disebut kain tapih pinjung atau kain jarik bermotif batik. Perempuan yang mengenakan kebaya harus melengkapi busananya dengan sanggul.

Sanggul merupakan konde atau rambut yang digulung rapi kemudian dikencangkan dengan tusuk konde atau hiasan lainnya.

Aksesori lain yang dikenakan seperti cincin, kalung, gelang, dan anting. Tidak lupa juga menggunakan sandal selop atau sandal tertutup perempuan.

Hasil Pencarian Baju Kebaya Jawa Tengah

Maaf, barangnya tidak ketemu

Coba cek lagi kata pencarianmu.

%PDF-1.6 %âãÏÓ 1705 0 obj <>stream hŞ\ŒA ƒ0E¯2; ¥:£µ±EÑm!Wˆ&ˆP’û7´PJù»ÇO“„®+Gñ6l¼O6ø|ºWH Şj¤kÓÖí u†˜©Ï‹%φEx¶ˆ Tåƒİ�LX]R í+aÿo'ü.Æ^`´GˆâÁ<ãzŞvÕ÷/ Ì /- endstream endobj 1706 0 obj <>stream hŞœ—½n1F_eŞàz~mKQJš(¢C‘ˆ oÏxı9 ‰âmîøŞxÏz}>{�¨• EmT{–NFÑ ‰çÏ�I%oBVZV%k5«‘GduŠı‚ªe;ÿÖ�ş�:kÖN½gÿ^ˆK¢31�+»·èJ¬š÷ìFlœ7éNìE²Ùh£sÍaµÑ¹×1À�mªTK’;×l0IÉ�šWJÉ�Õ¢$\K6ŒDܲá$ªù¨%HL$uŸN¼�Î�d|«œsPs˜•“Üjöá$÷|Üš�¦ÅÈFÊ2:{N�Î1f,èêêòîûïo¿r¼õòşëç‡�c�İ“wÔ¼Û¬qÔ1ğY�~Ÿ.şü¸¿ÜÜ}¹¸¾~ÄI,Z ”œİYU'åæîç}^‡çÛÿCÁäP�C� �H?>çíø)µ½LuP�§ŠY&M&N÷q:q6q6q6q¾�ó‰Ì�CÉœ†}Üœe‚Œ6qmâúNVh€àÕKmV¼­Tõ·ûÆ`ûDpaÔÇ{éjØ¿ĞùıuİğÍÎ0β¤ûLHgXghgxg?Á„y†z�õô`ÖLègøçe à¾Á@Ç�9C‰•=!dž9«o›g¨¨¨—Ò±XŸtîU¯2e-ôµÒ×R‡xÑLˆˆˆˆ?Á„x�x�x�x©'˜////}ƒù¸ö!i¼õ°×ØŸJAåíàŠ( H€>K@¼ÌTlÍH€®¥�Íêm�µ¿C¹B¹B¹B¹ºî3¡\¡\¡\¡\ë &”+”+”+”kß`®µ>Î,Ó¨¡:ê:#ÔmÓ ÓÓ¦Á´=1�sÈ«LƒiƒiÃZ7¬uÓÌõf_¯öõn‡xóLˆ7ˆ7ˆ7ˆ·z‚ ññññÖ7˜V—x,iÆ’fFÅ¡�F0ÁàÀRSÛN†!�d8’áŒ?KÆÎSH†#�d¸¬#Ú &’áH†#¾�}~‚‰d8’áH†#^O0‘G2Ép$Ãû æz ÀQÀQÀQœppppp;�ÖË �Â÷ş¾ÎSøÖÖâ Öş 0 38œW endstream endobj 1707 0 obj <>stream hŞœ‘MjÃ0…¯¢X£¿‘Á‹¸B)5©cŠëˆ�Bâ`;�޾#Ùu¡´]t!f�æ½'}¨&Pi&… �a €­V<ïΣ?�CØLihÇ󾻬»[‰QÎ9R~6Zë�¡v‰Kkşà÷ÇfšV8·)C‰Ò5/š�œZ}w~è®}ëJİP*•R¼„kÉ8�e¼è»öÉ�/î6¼ô·‘oOÍÁ¯§’×üùñõÍ·Aº=ÅÍJÒ–ïO‘ŸeñYWŠ6üş¸*46Œ1D1W3×(ŸxP³\Ù„bñfÓ/Vø�•• @ö‰ÂØRGV¿¡rQ \rãıÍJɳ²?±ú` ��‘* endstream endobj 1708 0 obj <>stream hŞ243²T0P0436R07Q°±ÑwJ,NuËÏ+ÑÉÌM-Ö ÊÏMÌÓwÍKÎOÉÌK×ÏÌsÌ+΄óƒK“J*RõC€„!˜Ôi¶³£�I à8 endstream endobj 1709 0 obj <>stream hŞÄ›Û�$Çq†_¥� 'ã�‡ ^H† ]&h^ƒ¢‚ H+�k@~{GÔÌîF6g:çï­ Ğ²{fºº¾Œ?™E[ÙêÆ•7Û´·�dëDõÍØ6ÿ½ÿÂÊƶQóD6M7éÿ¹ÒÆ"cÓ¸T÷÷¶q7ÚªlRÄ¿¡o­o�6©…·Vı£¢[óK™ÿÓeS¿ĞÖû¦Zuä7Ã}Õ/Õm¶U.m3ÙªŠßkßjó‹PñïşETª_